Sunday, 15 February 2015

Sejarah Kabupaten Brebes

Sejarah Kabupaten Brebes


Ada beberapa pendapat asal muasal nama Brebes. Yang pertama mencoba menghubungkannya dengan keadaan alamiah daerah Brebes yang pada awal mulanya konon mempunyai banyak air dan sering tergenang air, bahkan ada kemungkinan masih berupa rawa-rawa. Mengingat banyak air yang merembes,
Munculah kemudian nama Brebes, yang selanjutnya mengalami "verbastering" (perubahan) menjadi Brebes. Pendapat kedua mencoba menalikannya dengan peri masuknya agama Islam pada awal mulanya ke Brebes, yang sekalipun dihalang-halangi namun ternyata masih juga merembes, yang dalam bahasa daerah disebut disebut "berbes". Oleh karenanya muncullah kemudian nama Berbes, yang selanjutnya berubah menjadi Brebes. Pendapat yang ketiga mencoba menerangkan asal muasal nama Brebes dari kata-kata "bara" dan "basah".
"Bara" berarti hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes, yang kecuali merupakan air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena perkataan "bara" diucapkan "bere", sedang "basah" diucapkan "beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere basah", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.
Ada pula terdapat ceritera yang berkaitan denga kata yang akhirnya menjadi kota Brebes yaitu:
Diantaranya Salem-Bantarkawung terdapat gunung bernama "Baribis" dari gunung Baribis tersebut mengalir sungai "Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di laut Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang alin merupakan sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada jaman dulu dianggap sebagai sungai yang bertuah = angker (Jawa) dan konon sungai tersebut juga banyak buayanya. Orang-orang tua pada saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang, menyeberangi, mandi dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang orang tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang melangkahi/menyeberangi sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung Wanara. Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya Bangah mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan = pepenget = pepeling = pepali = larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi = menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan.
Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, nama-nama tempat si pulau Jawa ternyata merupakancermin dari keadaan alam disekitar masyarakat yang mendiami tempat-tempat itu dan cara berpikir mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan dalam dua golongan besar. Yang pertama, yang secara spontan telah lahir dari masyarakat di kota-kota itu sendiri, sedang yang kedua, yang dengan sengaja telah diberikan atau diperintahkan oleh suatu penguasa untuk dipakai, misalnya nama Surakarta Adiningrat, yang mula-mula telah dipergunakan oleh Sultan Pakubuwana II pada tahun 1745 untuk menyebut nama-nama tempat yang: 1. Berasal dari nama-nama tanaman, 2. Berasal dari nama-nama binatang, 3. Berasal dari nama-nama benda tambang, 4. Berasal dari nama-nama orang, 5. Mengingatkan kita pada suatu keistimewaan topografis.
Nama kota Brebes termasuk dalam katagori yang kelima. Dalam bahasa Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah metu banyune" artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota Brebes sekarang ini memang selalu keluar airnya. Adapun kota-kota lain yang juga memiliki nama-nama semacam itu, artinya yang telah lahir berdasarkan keadaan tanahnya pada awal mula sejarahnya, bisa kita sebutkan antara lain nama-nama kota Blora di daerah Jawa Tengah dan Jember di Jawa Timur. Nama Blora telah muncul oleh keadaan tanah di kawasan kota itu pada mula sejarahnya memang masih berupa rawa-rawa, sesuai dengan arti perkataan Blora atau Balora, yang merupakan sebuah perkataan bahasa Jawa kuna yang berarti rawa, sedang nama kota Jember telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya keadaan tanah di kawasan kota memang benar-benar jember atau njember, sebuah perkataan dalam bahasa Jawa berarti reged ajenes, artinya kotor dan mengandung air.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 / 1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan / daftar harian yang dibuat oleh VOC. Makin kesini makin banyak uraiannya, meskipun hanya dalam hal sebagai tujuan atau persinggahan pengiriman barang-barang penting dan bahan pokok, misalnya alat-alat untuk kompeni (VOC), bahan pakaian, bahan makanan dan sebagainya.
Nama Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas, Barbos atau Brebes. Dari nama dan bagaimanapun juga asal muasalnya atau apapun juga makna nama Brebes itu, kiranya bukanlah masalah bagi penduduk Brebes masa kini. Yang penting adalah mengambil hikmah dari dalamnya. Suatu kenyataan Wilayah Kabupaten brebes dianalisa dari segi lahan/tanah, curah hujan serta iklimnya, mempunyai prospek/masa depan yang cerah. Segala faktor penghambatannya Insya Allah akan dapat diatasi oleh generasi penerusnya.

Geografi

Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan SalemBanjarharjo,dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan LosariTanjungKersanaKetanggungan dan Larangan.
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford UniversityInggris sejak tahun1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan denganKota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu".
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga danGunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya

Makna Bentuk dan Motif Dalam Lambang

1.Daun Lambang Daerah yang berbentuk Dasar Segi Lima Melambangkan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila, sedangkan warna biru menunjukkan adanya daerah Pantai dan Pegunungan. Puncak segi lima menunjukkan puncak gunung sedangkan lengkung-lengkungnya menunjukkan gelombang lautan
2. Makna dan motif-motif didalam lambang
a. Bintang Bintang bersudut lima berwarna kuning emas melambangkan bahwa masyarakat Brebes adalah makhluk yang berKetuhanan Yang Maha Esa.
b. Kapas dan Padi Melambangkan Sandang Pangan
c. Bentuk Bulat Telur serta Gambar Bawang Merah Melambangkan bahwa telur asin serta gambar bawang merah merupakan hasil spesifik daerah.
d. Lima Akar Melambangkan bahwa rakyat dan Pemerintah Daerah adalah Pelaksana Demokrasi Pancasila.
e. Perpaduan antara tujuh belas butir padi, delapan buah kapas empat puluh lima mata rantai Melambangkan titi mangsa proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945.
f. Perpaduan tiga umbi bawang merah dan lima akar yang berwarna hitam, puncak bawang yang merupakan nyala api yang tak kunjung padam berjumlah lima. Melambangkan kehidupan Demokrasi (Legistatif, eksekutif, Yudikatif) yang harus dilaksanakan secara dinamis dalam bentuk Demokrasi Pancasila.
g. Sebuah pita putih bergaris tepi hitam yang menyambungkan padi dan kapas ditengahnya bertuliskan: Mangesti Wicara Ebahing Praja dengan warna hitam yang menunjukkan bahwa rakyat Brebes bertekad untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun bangsa dan Negara Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Makna Warna

a. Putih berarti : Kejujuran/Kesucian
b. Kuning emas berarti : Kesatuan/Keagungan/Kemuliaan Kebijaksanaan
c. Merah berarti : Keberanian
d. Hijau berarti : Kemakmuran/Kerukunan
e. Hitam berarti : Keteguhan/Keabadian
f. Biru berarti : Kedamaian/Kesetiaan

Sesanti

Sesanti Daerah adalah Mangesti Wicara Ebahing Praja
1) Arti Sesanti Daerah kata demi kata adalah:
a. Mangesthi : Menuju, menginginkan, menghendaki, mengusahakan, mengutamakan,
bertekad.
b. Wicara : Bicara, cerita, riwayat, pembicaraan, rembug, musyawarah, mufakat,
kebulatan tekad.
c. Ebah (ing) : Gerak, kegiatan, bekerja membangun.
d. Praja : Pemerintahan, Negara, Kegiatan-kegiatan kenegaraaan.
(2) Arti keseluruhan sesanti daerah adalah bahwa rakyat bersama Pemerintah Daerah
Brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan
kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (ebahing) Negara (Praja) dan
Bangsa.
(3) Arti Surya sengkala Mangesthi Wicara Ebanhing Praja
- Mangesthi berwatak : 8
- Wicara berwatak : 7
- Ebah(ing) berwatak : 6
- Praja berwatak :1
Dengan demikian Mangesthi Wicara Ebahing Praja mengandung makna tahun matahari/ masehi : 1678, tahun ini adalah tahun berdirinya Pemerintah Brebes dengan titi mangsa 18 Januari 1678 yang ditandai dengan dilantiknya Bupati Brebes yang pertama yaitu : Raden Arya Suralaya.


Nama – nama Bupati yang Pernah Menjabat di Kab. Brebes

1. Tumenggung Arya Suralaya 1678 - 1683
2. Tumenggung Pusponegoro I 1683
3. Tumenggung Puspaningrat ( Pusponegoro II ) 1683 - 1809
4. Tumenggung Pusponegoro III
5. Kanjeng.Adipati.Ariya Singasari Panatayuda I ( Sura ) 1809 - 1836
6. Kanjeng.Adipati.Ariya Singasari Panatayuda II ( Karta ) 1836 - 1856
7. Kanjeng.Adipati.Ariya. Singasari Panatayuda III ( Sarya ) 1850 - 1876
8. Raden Tumenggung Cakra Atmaja 1876 - 1880
9. Raden Mas Adipati Ariya Cakranegara I 1880 - 1885
10. Raden Mas Tumenggung Sumitra 1885 - 1907
kemudian berganti nama : Raden Mas Adipati Ariya Cakranegara II
11. Raden Mas Martanam ( Sawergi III ) 1907 - 1920
12. Kanjeng Raden Tumengung Mas Ariya Purnama Hadiningrat 1920 - 1929
13. Raden Sajikun 1929 (hanya 8 bulan)
14. Raden Adipati Ariya Sutirta Pringga Haditirta 1931 - 1942
15. Raden Sunarya 1942 - 1945
16. Sarimin Reksadiharja 1945 - 1946
17. KH Syatori 1946 - 1947
18. Raden Awal 1947 - 1947
19. Agus Miftah 1947 - 1948
20. R. Sumarna 1948 - 1950
21. Mas Slamet 1950 - 1956
22. Raden Mardjaban 1956 - 1966
23. R.H. Sartono Gondosoewandito, SH 1967 - 1979
24. H. Syafrul Supardi (Kolonel) 1979 - 1989
25. H. Hardono (Kol CZI) 1989 - 1994
26. H. Syamsudin Sagiman 1994 - 1999
27. H.M. Moh. Tadjudin Nuraly 1999 - 2001
28. PLTH Drs Haji Tri Harjono 2001-2002
29. Indra Kusuma, S.SOS 2002 – s.d. Agustus 2010
30. Agung Widiyantoro sementara sebagai Pelaksana Tugas Bupati, sejak Agustus 2010
31.  Hj. Idza Priyanti,A.Md

Kesenian dan Tempat Wisata

Macam dan Perkembangan Kesenian
Kesenian yang ada di Daerah Kabupaten Brebes dapat dikatakan secara keseluruhan adalah Kesenian Rakyat yang secara turun temuun/ dari nenek moyang dan bersifat kedaerahan.

Macam kesenian yang ada :
(1). Umbul , berkembang terutama di Daerah Randusanga Kecamatan Brebes
(2). Calung, berkembang di Daerah Malahayu Kecamatan Banjarharjo
(3). Marses, berkembang di Daerah Prapag Lor Kecamatan Losari
(4). Kuda Lumping, berkembang hamper di seluruh Kab. Brebes
(5). Burok, berkembang di Daerah Kecamatan Tanjung dan Losari
(6). Wayang Topeng, berkembang di Daerah Terlangu Kec. Brebes dan Desa
Siasem Kec. Wanasari
(7). Genjringan/Terbangan/Sintren dan Wayang Golek


Tempat – tempat Wisata
Tempat – tempat Wisata di Kabupaten Brebes adalah :
(1) Waduk Malahayu di Kecamatan Banjarharjo
(2) Waduk Penjalin di Kecamatan Paguyangan
(3) Telaga Ranjeng di Kecamatan Paguyangan
(4) Pemandian Air Panas di Desa Buaran Kecamatan Bantarkawung
(5) Pemandian Air Panas Tirta Husada di Desa Kedung Oleng Kecamatan Paguyangan
(6) Air Terjun Curug Putri di Desa Mandala di Kecamatan Sirampog
(7) Pantai Randusanga di Desa Randusanga Kecamatan Brebes
(8) Sembilan Gua, di Desa Karangbale Kecamatan Larangan
(9) Gua Terusan, di Gunung Kumbang Kecamatan Salem
(10) Candi Siliwangi, di Desa Wlahar Kecamatan Larangan
(11) Gua Lawa di Desa Songgom Kecamatan Jatibarang



No comments: